KISP Wanti-Wanti Politisasi SARA dan Hoaks Kaburkan Isu Krusial di Pemilu 2024

Yogyakarta — Peneliti Komite Independen Sadar Pemilu Muhammad Iqbal Khatami menjadi narasumber dalam agenda “BAWASLU NGAMPUS: Peran Mahasiswa dalam Pengawasan Partisipatif menuju Pemilu 2024” yang diselenggarakan di Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa (STPMD) APMD Yogyakarta pada (21/11).

Dalam kesempatan tersebut, Iqbal menyoroti tren mobilisasi suara melalui politisasi SARA dan Hoaks yang kian merajalela menjelang Pemilu.

“Kondisi saat ini kerapkali isu sentimen SARA dan hoaks itu justru lebih laku dan efektif mendulang suara. Akibatnya, isu-isu krusial sering tenggelam dan pemilih menjadi irasional,” terang Iqbal.

Iqbal juga mencontohkan kasus yang terjadi di Pemilihan Presiden di Filipina yang mana pemilih di sana banyak dikaburkan oleh isu-isu non-substansi, salah satunya politisasi isu kulit hitam dan berbagai hoaks tersebar mempengaruhi pemilih.

“Maka, saya pikir kita terutama teman-teman mahasiswa harus lebih aware terhadap isu SARA dan Hoaks, serta berani memeranginya,” tutup Iqbal.

Agenda yang diselenggarakan oleh Bawaslu RI ini dihadiri langsung oleh Ketua STPMD “APMD” Sutoro Eko Yunanto. Selain itu, juga menghadirkan narasumber lain yakni Anggota Bawaslu Kota Yogyakarat Jantan Putra Bangsa.

KISP Ajak Mahasiswa UNU Jogja Kolaborasi Kawal Pemilu 2024

Sumber: unu-jogja.ac.id

Mahasiswa memiliki peran dalam menjadikan pemilihan umum pada 2024 mendatang sebagai pemilu berkualitas. Salah satunya adalah turut mengawal agar pemilu tetap berjalan demokratis. Hal ini mengemuka dalam acara “Bawaslu Ngampus: Peran Mahasiswa dalam Pengawasan Partisipatif Menuju Sukses Pemilu 2024” di Kampus Terpadu, Rabu (15/11).

Dalam agenda yang merupakan kuliah umum mata kuliah Pancasila ini, anggota Bawaslu DIY Umi Illiyina menjelaskan tugas Badan Pengawas Pemilu agar pemilu berjalan fair. Adapun Sekretaris Eksekutif UNU Jogja Suharti memaparkan bijak bermedia sosial menjadi salah satu langkah generasi muda dalam menjaga iklim demokrasi saat ini.

Menurutnya, ada lima prinsip melihat konten medsos, termasuk menjelang pemilu kali ini, yakni apakah konten itu benar, berguna, legal, penting, dan baik. “Disaring dulu jangan buru-buru di- share. Mahasiswa dapat berkontribusi untuk menciptakan demokrasi yang damai dan aman minimal melalui media sosial,” katanya.

Sementara Moch Edward Trias Pahlevi Koordinator Umum Komite Independen Sadar Pemilu mengingatkan tingginya partisipasi pemilu masih dibayangi praktik budaya politik yang belum baik, seperti politik uang. Untuk itu, masyarakay milibatkan dalam pengawasan pemilu. “Mahasiswa bisa membantu lembaga pemantau pemilu dengan melakukan pengawasan partisipatif, ” ujarnya.

Sumber Artikel: unu-jogja.ac.id

Seberapa Sering Nama Jokowi disebut Dalam Visi dan Misi Capres-Cawapres?

Dari naskah Visi dan Misi ketiga Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden, Muda Bicara ID melihat seberapa sering kemunculan nama Presiden Joko Widodo disebut dalam visi dan misi mereka.

Intensitas kemunculan nama Presiden Joko Widodo dalam visi misi para capres tersebut dapat mengandung beberapa makna dan interpretasi yang berbeda tergantung pada konteks dan tujuan masing-masing pasangan capres. Berikut beberapa analisis makna yang mungkin terkait dengan intensitas kemunculan nama Presiden Jokowi dalam visi misi capres:

Apa Makna dari Intensitas Kemunculan Nama Jokowi dalam Visi dan Misi tersebut?

Analisis Kata Paling Sering Muncul dalam Naskah Visi dan Misi Capres-Cawapres

Komite Independen Sadar Pemilu (KISP) dan Muda Bicara ID membandingkan 12 kata yang paling sering muncul dalam naskah Visi dan Misi Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Pemilu 2024. Hasilnya, ketiganya memiliki kesamaan sekaligus beberapa perbedaan terkait intensitas kata yang sering muncul, dengan hasil sebagai berikut:

Apakah intensitas kata yang sering muncul di atas dapat dimaknai?

Intensitas kata-kata yang sering muncul dalam analisis isi komunikasi memiliki makna penting. Pertama, intensitas kata-kata tertentu mencerminkan penekanan pada isu-isu yang dianggap penting oleh pengirim pesan. Dengan kata lain, semakin sering sebuah kata muncul, semakin besar kemungkinan isu tersebut dianggap signifikan dalam konteks komunikasi tersebut. Hal ini membantu audiens untuk mengidentifikasi prioritas dan perhatian utama dari pengirim pesan.

Kedua, intensitas kata-kata yang sering muncul juga dapat digunakan untuk memperkuat pesan yang ingin disampaikan oleh pengirim pesan. Dalam analisis teks komunikasi, pengulangan kata-kata kunci bisa menjadi cara efektif untuk memastikan pesan tersebut diterima dan diingat oleh audiens. Dengan demikian, intensitas kata-kata kunci membantu pengirim pesan untuk menciptakan dampak yang lebih kuat melalui pesannya.

Ketiga, analisis intensitas kata-kata dapat membantu dalam mengidentifikasi kepentingan, prioritas, dan visi pengirim pesan. Dalam politik, sebagai contoh, intensitas kata-kata yang terkait dengan isu-isu sosial, ekonomi, atau keamanan dapat mengungkapkan fokus dan nilai-nilai yang dipegang oleh calon politik atau partai politik. Ini memberikan wawasan yang mendalam tentang agenda politik dan pandangan dunia dari pengirim pesan. Selain itu, intensitas kata-kata juga mencerminkan gaya komunikasi, interaksi dengan audiens, serta tujuan dari pengirim pesan. Sebagai hasilnya, analisis intensitas kata-kata yang sering muncul sangat bermanfaat dalam membongkar strategi komunikasi dan pesan-pesan yang ingin disampaikan oleh pengirim pesan.

Apa yang Dapat Kita Maknai dalam Kacamata Komunikasi Politik?

  1. Identifikasi Prioritas dan Fokus, kata-kata yang sering muncul memungkinkan kita untuk mengidentifikasi kata kunci atau frasa yang menjadi prioritas dan fokus calon presiden dan wakil presiden. Kata-kata kunci menjadi inti pesan yang ingin disampaikan kepada pemilih
  2. Pengaruh terhadap Persepsi, Saat calon presiden dan calon wakil presiden menggunakan kata-kata tertentu secara konsisten, hal ini dapat menciptakan citra dan identitas yang kuat di mata pemilih.
  3. Membentuk Narasi Kampanye, Kata-kata yang sering muncul akan membantu membentuk narasi kampanye. Masing-masing kandidat akan berusaha untuk menciptakan narasi yang menarik dan meyakinkan kepada pemilih.
  4. Relevansi Terhadap Isu-isu Pemilih, Konsep kampanye dan komunikasi politik selalu berpusat pada isu-isu yang penting bagi pemilih. Kata-kata yang muncul dapat menjadi gambaran sejauh mana calon presiden dan wakil presiden berhasil mengkomunikasikan solusi atau visi mereka terkait dengan isu-isu yang dianggap penting oleh pemilih.