Komite Independen Sadar Pemilu (KISP) kembali menyelenggarakan Muda Bicara dengan tajuk Goes to Campus: Kreator Aktivisme Digital, dengan berkolaborasi bersama Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Republlik Indonesia dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Agenda ini bertujuan untuk mendorong mahasiswa UMY terlibat aktif dalam aktivisme digital melalui diskusi pada Senin (13/3) bertempat di R3 Café, Bantul.
Diskusi yang mengangkat tema “Kolaborasi Gen Z dalam Mengawal Korupsi Pemilu di Indonesia melalui Aktivisme Digital” ini dibuka dengan sambutan oleh Edward Trias Pahlevi, selaku Koordinator Umum KISP. Di awal acara ini ia menerangkan bahwa program Muda Bicara bertujuan untuk menjembatani antara anak muda dengan para pemangku kepentingan. Pada sesi yang diselenggarakan bersama KPK tersebut, Edward mengajak agar mahasiswa UMY berperan aktif di ruang digital dalam menyongsong Pemilu 2024.
“Kami dari KISP memiliki 1 program khusus yaitu Muda Bicara untuk mempertemukan anak muda dan pemangku kepentingan. Tapi seiring berjalannya waktu kita memikirkan untuk aktivisme ruang digital, harapannya kita bisa berkolaborasi dengan teman-teman kampus,” terang Edward.
Acara disambung oleh sesi diskusi pertama yang dipandu oleh Ronald Zainul Muttaqin. Materi pertama disampaikan oleh Dian Rachmawati selaku Kepala Satuan Tugas dan Kampanye KPK RI. Dian atau yang akarab disapa Dira ini memaparkan materi tentang “Memilih Kandidat yang Cerdas dan Berintegritas”. Ia mengantarkan penyampaian di awal dengan menggambarkan fenomena populisme yang kerap terjadi di momen Pemilu.
“Tantangan Pemilu dalam hal kampanye kandidat masih menempatkan aktivisme yang bersifat populis (simbolis) tapi tidak punya kompetensi,” urai Dira.
Pada sesi tersebut, Dira juga menerangkan keterkaitan antara perilaku korupsi dengan Pemilu. Ia berpesan, agar anak muda dapat memilih calon yang mengedepankan gagasan serta berintegritas. Menurutnya, calon yang memiliki program pemberantasan korupsi juga menjadi prioritas yang harus diutamakan anak muda.
Materi selanjutnya dibawakan oleh Muhammad Iqbal Khatami, selaku perwakilan dari KISP. Di kesempatan ini Iqbal mengantarkan sesi diskusi dengan membagikan keresahannya terkait Pemilu dan anak muda.
”Ketika bicara demokrasi substansial, maka kita bicara tentang Pemilu transparan. Itu jarang sekali tampil di permukaan saat ini. Maka saya ingin berbagi resah, Karena kita 60% lebih anak muda di indonesia saat ini adalah korban dari fenomena korupsi pemilu dan hanya dijadikan objek dari kebijakan,” ujar Iqbal.
Dalam sesi penyampaiannya, ia berpesan kepada peserta yang hadir untuk aktif dalam mengawal korupsi pemilu di ruang digital, baik melalui produksi konten maupun investigasi digital dengan gerakan viral.
Diskusi sesi pertama dilanjutkan oleh Muhammad Adam yang merupakan Presiden Mahasiwa BEM UMY. Pada sesi tersebut, Adam menguraikan fenomena eksklusifitas pendidikan politik terhadap anak muda. Ia juga berpesan harapannya anak muda tidak hanya bersuara, namun menggalang gerakan yang mampu mengintervensi kebijakan.
”Permasalahan utamanya yaitu eksklusi politik yang membatasi akses dan pendidikan politik bagi pemuda. Maka aktivisme digital tidak hanya sebatas suara saja, tapi yang mampu mengintervensi pada kebijakan-kebijakan yang ada,” ucap Adam.
Workshop Aktivisme Digital bersama Pakar
Acara sesi kedua dilanjutkan dengan pelatihan konten media sosial. Sesi ini bertujuan agar mahasiswa dapat cakap dalam menghidupkan aktivisme ruang digital dalam menatap Pemilu 2024. Sesi ini dipandu oleh Ahsan Taqwim, selaku pegiat KISP, dengan materi yang disampaikan oleh Fajar Juanedi yang merupakan Dosen Ilmu Komunikasi UMY. Dalam penyampaiannya, Mas Jun, sapaan akrab Fajar Junaedi menerangkan dasar-dasar pembuatan konten.
”Anda berada dalam era digital yang dicirikan dengan interaksi. Tantanganya bagaimana mengemas konten sesuai kebutuhan netizen sesuai how dan what. What itu tentang apa dan how terkait isi kontennya,’’ terang Mas Jun.
Materi pelatihan selanjutnya diisi oleh Clara selaku tenaga ahli media digital KPK RI. Ia memberi tips tentang pembuatan konten yang efektif.
”Pembuatan konten harus sesuai dengan objek dari konten yang kita buat. Membangun strategi sosial media yang baik yaitu strategi, planning and publishing, listening and engangement dan analytis and reporting,” tutup Clara.
Acara ditutup dengan nonton bareng film edukatif ”Lansia lan Sopo” bersama KPK RI. Film tersebut berisi cerita edukatif terkait perilaku korupsi di tengah-tengah momentum Pemilu. Dengan diselenggarakannya kegiatan ini, harapannya anak muda melalui mahasiswa dapat lebih aktif untuk mengawal perilaku korupsi dalam menatap kontestasi Pemilu 2024.